Senin, 12 Maret 2012
Nyanyian Hujan dan Pangeran Kunang-Kunang
Malam itu di sebuah hutan cemara, saat hujan turun dengan derasnya..
Pangeran kunang-kunang bersinar dengan indahnya..
Mengepakan sayapnya diantara nyala lampu ekornya, seperti sebuah bintang terbang bersayap yang memiliki kebebasan tanpa terikat oleh langit..
Hujan datang bernyanyi dalam setiap tetesannya yang satu persatu menyentuh bumi,
Dapatkah ia dengar bahwa nyanyian hujan begitu indah?
Membuat serigala yang haus kelaparan pada malam bulan purnama pun akhirnya berubah menjadi seorang puteri yang cantik..
Mengabulkan segala permintaan terindah dari doa-doa semua mahluk ciptaanNya..
Hari itu aku berjalan, menyusuri hutan itu dibawah nyanyian hujan..
Nyanyian hujan yang mengalahkan nyanyianku tentang dia, tentang pangeran kunang-kunang dan sinarnya..
Haruskah aku takut?
Akan gelapnya hutan..
Atau mahluk-mahluk aneh yang bersembunyi diantara pohon-pohon raksasa yang memandangku dengan kedua matanya yang bersinar terang..
Atau serigala yang berpura-pura menjadi nenek tua renta di sebuah gubuk yang akan aku temui di ujung jalan nanti..
Haruskah aku kembali pulang dan membatalkan janji yang pernah aku buat untuk menemui pangeran kunang-kunang..
Bukankah aku samasekali belum pernah melihat wajahnya?
Aku melihat di kejauhan, putri salju dan para kurcaci menari-nari bahagia dibawah nyanyian hujan..
Haruskah aku memberitahun sang putri bahwa tidak berapa lama lagi akan ada seorang nenek tua yang akan memberikan apel beracun padanya dan kemudian dia akan mati..?
Atau aku biarkan saja semua hal terindah tetap menjadi misteri?
Karena siapa yang tahu di akhir cerita akan ada seorang pangeran yang akan membuatnya hidup kembali..
Menaunginya atas nama cinta..
Bahkan mereka akan hidup bahagia selamanya..
Mungkin saja jika jika sang puteri tidak mati, maka dia pun tidak akan pernah menemukan cintanya..
Kemudian aku berpapasan, dengan gadis berkerudung merah yang berjalan menyusuri jalan setapak dengan riangnya dibawah guyuran nyanyian hujan..
Sesaat ia tersenyum saat memandangku, aku membalas senyumnya..
Haruskah aku menghentikan perjalanannya dan memberitahunya bahwa akan ada seekor serigala kelaparan yang akan menelannya hidup-hidup?
Atau biarkan saja semua hal terbaik tetap menjadi misteri?
Karena siapa yang tahu bahwa di akhir cerita, akan datang seorang pemburu yang sangat pemberani yang akan menyelamatkan hidupnya..
Mungkin saja jika sang gadis berkerudung merah tidak pernah menderita, dia tidak akan tau arti keberanian yang sesungguhnya?
Kemudian aku melihat, masih dibawah nyanyian hujan, seorang puteri duyung meringis menahan sakit terduduk diatas batang pohon yang telah tumbang memandangi siripnya yang telah berubah menjadi sepasang kaki manusia..
Sesaat aku tersadar ia sedang berada dalam perjalanannya menuju istana sang pangeran untuk mengejar cinta sejatinya..
Haruskah aku memberitahunya bahwa semua yang telah ia lakukan itu sia-sia karena tepat tiga hari setelah ini dia akan mati dan sang pangeran akan menikahi gadis yang lain?
Atau biarkan saja semua misteri tetap mejadi misteri..
Karena siapa yang tahu bahwa mati memang adalah kebahagiaan sejatinya untuk membiarkan seseorang yang sangat dicintainya hidup bahagia..
Mungkin saja jika dia tetap hidup, dia tidak akan pernah tahu arti pengorbanan yang sesungguhnya..
Aku terdiam sejenak,
Nyanyian hujan membawa mereka padaku,
Menghadirkan inspirasi tanpa suara yang tanpa aku sadari telah menumbuhkan ketegaran di dalam diriku..
Lalu kenapa aku harus takut?
Aku tidak takut lagi..
Akan gelapnya hutan..
Atau mahluk-mahluk aneh yang bersembunyi diantara pohon-pohon raksasa yang memandangku dengan kedua matanya yang bersinar terang..
Atau serigala yang berpura-pura menjadi nenek tua renta di sebuah gubuk yang akan aku temui di ujung jalan nanti..
Akutidak pernah takut, atas janji yang pernah aku buat untuk menemui pangeran kunang-kunang..
Walaupun aku tidak pernah mengenal wajahnya..
Bukankah segala yang menjadi misteri sebaiknya dibiarkan saja menjadi misteri?
Tidak perlu kita mengusiknya.. Atau mencoba menemukannya..
Kelak dia akan menampakkan keberadaannya sendiri..
Bukankah saat ini aku sedang dalam perjalanan menuju kesana..? sama seperti puteri salju, gadis berkerudung merah dan puteri duyung tadi..?
Aku hanya perlu berjalan, berjalan dan berjalan tanpa lelah..
Karena siapa yang tahu, bahkan jika suatu hari nanti aku harus mati dalam perjalanannku menemukannya..
Maka aku percaya dia yang akan terbang menemuiku dengan cahaya terang di ekornya yang bagaikan bintang yang tidak terikat oleh langit..
Dan dengan senang hati dia akan memberikan cahaya miliknya satu-satunya itu padaku untuk membuatku hidup kembali..
Tidak ada yang perlu ditakuti..
Kita memang tidak akan pernah mengetahui takdir Tuhan..
Tapi pasti kita mengetahui bahwa segala takdir Tuhan adalah yang terindah bagi hambaNya..
Aku kembali berjalan,
Kali ini aku berpapasan dengan sebuah kereta kuda..
Didalamnya duduk seorang laki-laki setengah baya yang memeluk erat seorang gadis yang sangat cantik yang sedang menangis ketakutan..
Tahulah aku bahwa laki-laki tersebut adalah ayah sang gadis cantik itu..
Mereka berdua dalam perjalanan menuju istana Si buruk rupa.. laki-laki itu hendak memberikan anak gadisnya kepada Si buruk rupa sebagai ganti atas mawar-mawar yang tanpa sengaja telah ia curi darinya..
Mataku menatap mata Si cantik sesaat..
Mencoba mengisyaratkan padanya bahwa ia tidak perlu ketakutan seperti itu..
Karena penderitaan ini yang justru akan membawanya kepada kebahagiaan sejatinya..
Tidak lama kemudian dalam sisa perjalananku aku bertemu dengan seseorang,
Seorang gadis cantik yang juga sedang mengejar cinta sejatinya..
Aku yakin aku mengenal wajahnya dengan baik,
Tapi aku tidak akan memberitahukannya tentang apapun..
Karena dia hanya perlu berjalan tanpa lelah,
Dan kemudian,
Sama sepertiku, dan seperti mereka,
Dia pun pasti akan bahagia..
Aku percaya!
Dan aku melanjutkan perjalananku,
Dalam deras dan indahnya nyanyian hujan didalam hutan cemara dengan harapan meraih seekor pangeran kunang-kunang..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar