Senin, 30 April 2012

Masih Ada

Kalo puisi yang ini... aku buat beberapa hari setelah kakek (ayah dari mama) meninggal tahun 2009.. hubungan yang rumit antara aku dengan kakek bikin puisi ini jadi hidup n penuh emosi bgt.. bikinnya sambil nangis, makanya kerasa dalem banget tiap kata-katanya.. well.. no more explanation.. just check it out..
----------------------------------------------------------------------------------------------------------



aku tahu rasa ini ada di dalam hatiku,
tapi tidak pernah aku mencoba untuk menemukannya,
tidak juga untuk menghilangkannya...
aku hanya tahu kamu bagian dari diriku begitupun sebaliknya,
sekarang haruskah aku menyesali semua itu...?

aku tahu,
kita tidak pernah banyak bicara...
sehingga tidak pernah aku mengerti rasa apa yang ada didalam hatiku untukmu,,
aku tidak ingin jauh darimu,
tapi tidak juga untuk dekat denganmu...
apa yang terjadi diantara kita mungkin terlalu rumit,
dan sampai kapanpun tidak akan pernah mampu kupahami...

aku tahu,
aku tidak pernah sedalam itu mengenalmu,
bertemu pun hanya sesekali, seumur hidup dapat kuhitung dengan jari...
tapi diam-diam aku selalu menganggumi apa yang ada dalam dirimu...
setiap gerakanmu,
caramu berbicara,
caramu tersenyum padaku dan menatap mataku,
caramu menyampaikan rindu itu...
semuanya aku tahu...

masih banyak yang ingin aku bicarakan,
masih banyak yang ingin aku sampaikan,
masih banyak yang ingin aku adukan,
terutama tentang dia yang sekarang ada didalam hatiku,
aku ingin meminta pendapatmu tentangnya,
aku hanya ingin bilang...
dia setampan dirimu,
dia pintar dan pekerja keras,
dia seorang yang sabar dan sangat penyayang,
mungkin dapat aku katakan sehebat dirimu..
sesungguhnya, aku ingin agar kamu bertemu dengannya...
menasehatinya agar ia selalu menjaga dan menyayangiku dengan tangguh,
bertukar pikiran dengannya, dan berdebat tentang kenakalanku di waktu kecil bersamanya...
dan sama seperti diriku, kamu pun pasti akan jatuh hati dengannya...


terlalu cepat kamu pergi,
bahkan aku belum sempat membawamu ke tempat dimana aku ingin membawamu kesana,
dimana air mengalir jernih dan bintang bersinar terang...

terlalu cepat kamu pergi,
bahkan kamu belum memahami arti senyum dan tangisku...
bahkan aku belum sempat menyampaikan jika merah adalah warna favoritku,
aku suka coklat dan pasta,
aku suka menyanyi dan sedikit bermain gitar...
aku sering bermimpi menjadi seorang puteri raja
dan aku benci kupu-kupu...

terlalu cepat kamu pergi
dan masih banyak hal yang belum kamu ketahui tentang diriku...
bahkan ada kata yang tertinggal yang tidak pernah sempat aku ucapkan padamu...

mungkin hanya Tuhan yang mengerti,
dan aku masih berharap semuanya bisa terjadi,
walaupun ditempat yang lain yang bahkan tidak kita pikirkan sebelumnya...
dan disana kita akan lengkapi segala yang belum tersampaikan disini...
mungkin menangis dalam pelukanmu,
terlelap dengan satu kecupanmu di keningku,
untuk berbisik di telingamu,
betapa aku mencintaimu...

dan untuk menyampaikan satu rahasia kecilku,
walaupun aku suka warna merah,
tapi aku sangat mencintai sepeda warna ungu yang kau hadiahkan di hari ulangtahunku yang ke-5 dulu...
terimakasih banyak... kakek...

Nyanyian Peri



Puisi ini dibuat pada 17 Februari 2008 di kanopi biru FISIP Unpad..
salah satu puisi paling jujur yang pernah aku buat.. :)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
 
Aku mendengar nyanyian peri,
bergemuruh menyentuh daun telingaku,
begitu pilu…

Dalam tangisnya dia berkata,
katanya, dia terluka begitu dalam…

dia berlari,
tapi kamu berlari lebih cepat…

dia terjatuh,
dan kamu tetap berlari lebih cepat…

saat dia bangkit kembali,
maka kamu pasti telah lenyap dari pandangannya…
meninggalkannya dalam ketakutan dan kesepian…

Seandainya saja kamu tahu artinya sepi,
kamu pasti tidak akan pernah mau berada disana…
seperti berada dalam dunia tanpa suara,
dimana hanya detak jantungnya yang dapat dia dengar…
dan dia pernah berada dalam sepi, untukmu…

Seandainya saja kamu tahu artinya menunggu,
kamu pasti akan memberontak saat dunia kebosanan dan irama kesabaran mengikatmu dengan erat…
tapi dia,
dia selalu menunggu,
menunggu dirimu…

Seandainya kamu tahu artinya berharap,
kamu pasti akan muak dengan ejekan sebagai pemimpi,
dan doa yang hanya menjadi penghibur bagi sesuatu yang sepertinya mustahil,
tapi ternyata,
dia selalu berharap padamu…

Jika kamu adalah dirinya,
sanggupkah kamu meniti jurang penantian tak berujung yang tak pernah kamu ketahui dimana dasarnya?
dan tahukah kamu?
dia ada disana,
untukmu!

Dan kamu tidak mendengar,
saat dia berteriak karena terlalu lelah berkhayal mendapati kedua sayapnya remuk karena tanganmu…

Dan kamu tidak melihat,
aliran sungai yang semakin deras karena air matanya yang selalu setia mengikuti arusmu…

Dan kamu tidak merasakan,
pedih hatinya saat mendapati dirimu hanya menjadi bagian terburuk dari dirinya…

Tidak perlu kamu berhenti berlari untuk menunggunya,
dia hanya memintamu untuk sejenak menengok ke belakang dan tersenyum padanya…
mungkin sesuatu yang dapat melenyapkan lelahnya…

Dia tidak memintamu untuk membangunkannya saat dia terjatuh,
dia hanya ingin kamu untuk membalas tatapannya saat dia menatapmu dengan tulus,
mungkin sesuatu yang akan membantu menyembuhkan lukanya…

Permintaan yang tidak berlebihan bukan?

Bukankah dia tidak pernah memintamu untuk membalas cintanya?

mungkin hanya meminta izin agar cintanya bisa tinggal didalam hatimu tanpa ada yang mengusiknya juga dirimu…
kemudian, mungkin dia akan bahagia…

Ah Tuhan,
peri yang malang itu akhirnya tak mampu menahan butiran mutiara yang tersembunyi dalam matanya yang bening, mereka berebutan untuk membawa lukanya pergi menjauh ,
ia menangis,
mungkin, menangis bersamaku…
menangis dalam diriku…
Copyright by © Annis Mahara