Senin, 30 April 2012
Nyanyian Peri
Puisi ini dibuat pada 17 Februari 2008 di kanopi biru FISIP Unpad..
salah satu puisi paling jujur yang pernah aku buat.. :)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Aku mendengar nyanyian peri,
bergemuruh menyentuh daun telingaku,
begitu pilu…
Dalam tangisnya dia berkata,
katanya, dia terluka begitu dalam…
dia berlari,
tapi kamu berlari lebih cepat…
dia terjatuh,
dan kamu tetap berlari lebih cepat…
saat dia bangkit kembali,
maka kamu pasti telah lenyap dari pandangannya…
meninggalkannya dalam ketakutan dan kesepian…
Seandainya saja kamu tahu artinya sepi,
kamu pasti tidak akan pernah mau berada disana…
seperti berada dalam dunia tanpa suara,
dimana hanya detak jantungnya yang dapat dia dengar…
dan dia pernah berada dalam sepi, untukmu…
Seandainya saja kamu tahu artinya menunggu,
kamu pasti akan memberontak saat dunia kebosanan dan irama kesabaran mengikatmu dengan erat…
tapi dia,
dia selalu menunggu,
menunggu dirimu…
Seandainya kamu tahu artinya berharap,
kamu pasti akan muak dengan ejekan sebagai pemimpi,
dan doa yang hanya menjadi penghibur bagi sesuatu yang sepertinya mustahil,
tapi ternyata,
dia selalu berharap padamu…
Jika kamu adalah dirinya,
sanggupkah kamu meniti jurang penantian tak berujung yang tak pernah kamu ketahui dimana dasarnya?
dan tahukah kamu?
dia ada disana,
untukmu!
Dan kamu tidak mendengar,
saat dia berteriak karena terlalu lelah berkhayal mendapati kedua sayapnya remuk karena tanganmu…
Dan kamu tidak melihat,
aliran sungai yang semakin deras karena air matanya yang selalu setia mengikuti arusmu…
Dan kamu tidak merasakan,
pedih hatinya saat mendapati dirimu hanya menjadi bagian terburuk dari dirinya…
Tidak perlu kamu berhenti berlari untuk menunggunya,
dia hanya memintamu untuk sejenak menengok ke belakang dan tersenyum padanya…
mungkin sesuatu yang dapat melenyapkan lelahnya…
Dia tidak memintamu untuk membangunkannya saat dia terjatuh,
dia hanya ingin kamu untuk membalas tatapannya saat dia menatapmu dengan tulus,
mungkin sesuatu yang akan membantu menyembuhkan lukanya…
Permintaan yang tidak berlebihan bukan?
Bukankah dia tidak pernah memintamu untuk membalas cintanya?
mungkin hanya meminta izin agar cintanya bisa tinggal didalam hatimu tanpa ada yang mengusiknya juga dirimu…
kemudian, mungkin dia akan bahagia…
Ah Tuhan,
peri yang malang itu akhirnya tak mampu menahan butiran mutiara yang tersembunyi dalam matanya yang bening, mereka berebutan untuk membawa lukanya pergi menjauh ,
ia menangis,
mungkin, menangis bersamaku…
menangis dalam diriku…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar